PENGARUH KETERIKATAN DOSA
Keterikatan dosa yang tidak dibereskan akan memengaruhi kehidupan seseorang.
Dalam hubungannya dengan Tuhan
Keterikatan dosa jelas membuat hubungan dengan Tuhan terputus. Dengan terputusnya hubungan dengan Tuhan, secara otomatis kerohanian orang itu akan mengalami kemerosotan. Bukan hanya itu, terputusnya hubungan dengan Tuhan juga menyebabkan terputusnya berkat Tuhan. Hal ini sangat jelas dinyatakan di dalam Yesaya 59:1-2, “Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”
Dalam hubungannya dengan diri sendiri
Pertama berkaitan dengan kejiwaannya. Keterikatan akan dosa sangat memengaruhi kejiwaan seseorang. Ia menjadi orang yang labil. Bisa saja ia akan menjadi orang yang minder, merasa tidak layak. Tetapi, bisa juga ia akan menjadi orang yang emosional. Saul adalah salah satu contoh orang yang emosional akibat terikat oleh dosa kebencian. Ahab juga seperti itu karena terikat dosa keserakahan.
Kedua berkaitan dengan kesehatannya. Ini erat hubungannya dengan jiwa yang terganggu. Jika jiwa terganggu, ia menjadi stres dan kesehatannya pun terganggu, terutama dan awalnya adalah masalah kesehatan perut, tetapi bisa berkembang ke anggota badan lainnya.
Ketiga berkaitan dengan prinsip-prinsip hidupnya. Prinsip-prinsip hidup yang baik akan tersingkir dengan sendirinya. Ia akan cenderung setuju kepada kebiasaan buruk. Dengan demikian secara otomatis tertanamlah prinsip-prinsip yang tidak baik.
Keempat berkaitan dengan masa depannya. Setiap orang percaya sudah disediakan oleh Tuhan masa depan yang indah (Yeremia 29:11). Namun, dosa yang tidak dibereskan akan menjadi penghambat untuk meraihnya. Hal ini disebabkan karena Tuhan tidak bisa bekerja secara maksimal dalam kehidupan kita.
Dalam hubungannya dengan sesama
Jika orang yang terikat dosa ini menjadi orang yang minder dan merasa tidak layak, maka ia akan sangat tertutup terhadap orang lain. Semua orang dianggapnya sebagai orang yang hendak mempermalukan dirinya. Jika orang yang terikat dosa ini menjadi orang yang emosional, dia akan terbuka, tetapi terbuka secara negatif. Pasalnya, dia harus mendapatkan tempat pelampiasan emosinya. Jadi jelas bahwa kerikatan dosa akan mengakibatkan rusaknya hubungan seseorang dengan sesamanya. Hubungan Saul dengan Daud yang awalnya begitu mesra menjadi rusak. Hubungan Ahab dan Nabot pun seharusnya menjadi hubungan baik antara raja dengan rakyatnya justru rusak karena dosa keserakahan.
HAMBATAN UNTUK LEPAS DARI DOSA
Hambatan seseorang untuk lepas dari dosa adalah:
Kurang latihan
Ibarat memanah, jika kita ingin tepat pada sasaran maka kita harus sering berlatih. Tetapi yang sering menjadi kendala adalah rasa putus asa dan rasa tidak berdaya jika kita terus jatuh-bangun di dalam melepaskan diri dari ikatan dosa. Keputusasaan itu bisa membuat seseorang menjadi enggan untuk bertobat. Ini adalah jebakan Iblis! Dengan demikian Iblis akan dengan mudah menyeretnya semakin terjerumus ke dalam dosa. Tetaplah berlatih untuk terus menjadi seorang pemenang di dalam Kristus. Jangan pernah putus asa sebab kekuatan Tuhanlah yang memampukan kita. “Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan dating. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya.” (1 Timotius 4:7b-9)
Keengganan untuk lepas dari dosa
Penolakan untuk bertobat walaupun ia tahu berdosa adalah perkara serius. Jika penolakan ini terus berlanjut maka Tuhan akan membiarkannya dikuasai oleh keinginan hatinya. “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah … Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.” (Roma 1:18-24). “Sebab orang yang tak berpengalaman akan dibunuh oleh keengganannya, dan orang bebal akan dibinasakan oleh kelalaiannya.” (Amsal 1:32)
Perasaan malu mengakui dosa
Memang jika berpikir dengan akal sehat, perasaan malu untuk mengakui dosa adalah hal yang wajar. Tetapi, pemikiran seperti ini bertolak belakang dengan firman Tuhan yang mengajarkan anak-anak-Nya untuk mengakui dosa karena Tuhan adalah setia dan adil. Jika berani melakukan dosa, maka kita juga harus berani mengakuinya baik terhadap Tuhan maupun kepada hamba Tuhan atau orang yang kita percayai.
Lingkungan/pergaulan yang tidak baik
Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Walaupun kita sudah berusaha untuk berbuat baik dan benar tetapi jika masih berada dalam lingkungan atau pergaulan yang buruk maka itu akan menjadi hambatan bagi kita untuk lepas dari dosa.