ADA KETERBUKAAN, KETULUSAN DAN KEJUJURAN
Hubungan persahabatan harus diisi dengan keterbukaan, ketulusan hati, dan kejujuran. Semua harus jelas dan jernih. Tidak ada rahasia atau hal-hal yang disembunyikan terhadap sahabatnya. Rencana, keinginan, kehendak, dan perasaan yang satu diketahui oleh yang lain apa adanya, demikian pula sebaliknya. Bahkan semua kekurangan, kejelekan, dosa, dll. tidak ada yang tersembunyi bagi sahabatnya. Seseorang akan merasa nyaman jika ia berbicara kepada orang yang terbuka, tulus, dan dapat dipercaya.
Yonatan dan Daud sangat terbuka satu terhadap yang lain. Apa yang direncanakan oleh Yonatan, dijelaskannya kepada Daud tanpa ada yang perlu disembunyikan. Semua dilakukan dengan hati yang tulus, demi kebaikan sahabatnya. Untuk itulah Yonatan mengatur cara untuk mengetahui hati Saul, ayahnya, apakah benar Saul bertekad untuk membunuh Daud. Ketika didapatkan bahwa Saul tidak ingin membunuh Daud, Yonatan lalu menyampaikannya kepada Daud (1 Samuel 19:1-7).
Demikian pula dengan Abimelekh, ia menginginkan persahabatan dengan Abraham yang tidak ada kecurangan di dalamnya. “Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku di sini demi Allah, bahwa engkau tidak akan berlaku curang kepadaku, atau kepada anak-anakku, atau kepada cucu cicitku; sesuai dengan persahabatan yang kulakukan kepadamu, demikianlah harus engkau berlaku kepadaku dan kepada negeri yang kautinggali sebagai orang asing.” (Kejadian 21:23)
Rahasia kemajuan jemaat mula-mula adalah karena mereka menjadi sahabat satu terhadap yang lain, mereka terbuka, tulus dan dapat dipercaya. “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap dari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 2:44-47)
Luar biasa! Yesus sungguh-sungguh memperlakukan kita sebagai sahabat-Nya, itu sebabnya tidak ada yang diketahui-Nya yang tidak disampaikan-Nya kepada kita. “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapaku.” (Yohanes 15:15). “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.” (Markus 4:33-34)
TUHAN YANG MENJADI PUSAT PERSAHABATAN
Di dalam persahabatan yang sehat, Tuhan harus selalu dilibatkan di dalamnya. Tuhan menjadi saksi, penengah dan pengikat bagi mereka. “Tentang hal yang kita janjikan itu, antara aku dan engkau, sesungguhnya, TUHAN ada di antara aku dan engkau sampai selamanya.” (1 Samuel 20:23) “Kemudian berkatalah Yonatan kepada Daud: Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama TUHAN, demikian: TUHAN aka nada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya.” (1 Samuel 20:42)
Jika Tuhan dilibatkan di dalam persahabatan kita, maka persahabatan itu akan menjadi langgeng karena kita akan menghormati persahabatan itu dan juga menerapkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan Kerajaan Allah di dalam persahabatan itu.
Yesus melibatkan Bapa di dalam persahabatan-Nya dengan gereja-Nya. “Aku berdoa, …supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, … Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” (Yohanes 17:20-23)