IMAN DAN PERCAYA DIRI
Di satu sisi, iman dan percaya diri mempunyai perbedaan. Pembicaraan mengenai iman akan terpusat kepada Tuhan, sedang pembicaraan mengenai percaya diri akan terpusat kepada diri sendiri. Di sisi lain, iman dan percaya diri bisa saling berkaitan secara benar. Di dalam diri orang benar, iman akan membuat orang tersebut percaya diri. Di samping itu, percaya diri yang muncul dalam diri orang benar tidak akan membuatnya sombong, karena dia tetap berserah kepada Tuhan. Bisa dijelaskan dalam sebuah kalimat, “Saya bisa berbuat lebih baik di tahun ini, karena saya beriman bahwa Tuhan akan memampukan saya untuk berbuat ini dan itu dengan lebih baik lagi.” Paulus adalah contoh orang yang memadukan dengan baik antara iman dan percaya diri. Perhatikan perkataannya di dalam 1 Korintus 15:10b, “Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”
Yakub adalah salah seorang yang mau dan berani berbuat lebih karena memiliki iman. Bertahun-tahun Yakub bekerja kepada Laban tanpa mendapat upah. Namun, dia tidak menjadi lemah karenanya. Hingga suatu saat Tuhan berjanji untuk memberikan banyak ternak kepadanya. Kambing domba yang dijanjikan Tuhan adalah yang bercoreng-coreng, berbintik-bintik, dan berbelang-belang. Kesempatan untuk mendapatkan kambing domba yang seperti itu sangat kecil, apalagi Laban sudah memisahkannya dan memberikan kepada anak-anaknya untuk dijaga. Tetapi, Yakub beriman bahwa janji Tuhan pasti akan digenapi. Untuk itu, dia mau bekerja pada Laban lagi, bahkan lebih keras lagi. Dia harus memperhatikan kapan kambing domba itu berkelamin. Dia harus selalu menyediakan dahan dari pohon hawar, pohon badam, dan pohon berangan. Dia juga harus memperhatikan lebih teliti lagi mana kambing domba yang kuat dan mana yang lemah. Apa yang diperbuat Yakub ini terlihat sebagai hal yang aneh bagi orang pada umumnya, tetapi tidak bagi Yakub. Iman telah mendorongnya berbuat lebih daripada yang dipikirkan manusia. Demikian juga dengan kita, kita harus memiliki iman bahwa di tahun 2013 ini Tuhan akan memberikan sesuatu yang lebih baik dari tahun 2012. Bisa hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, jabatan, kepandaian, atau bahkan dalam pelbagai kebajikan. Dengan dasar keyakinan itulah kita harus berbuat lebih dari apa yang telah kita perbuat di tahun kemarin. Jangan berpangku tangan, jangan bermalas-malasan! Jangan memiliki iman yang mati, tetapi milikilah iman yang hidup!
W.H. Miskell berpendapat, “Percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.” Maslow, seorang psikolog berkata, “Percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.” Contoh orang yang percaya diri dan tidak percaya diri, terlihat jelas dalam kisah Debora dan Barak. Barak adalah orang yang tidak percaya diri. Dia meminta ditemani Debora untuk maju berperang, padahal Tuhan sudah berjanji akan menyerahkan musuh ke dalam tangannya. Dikatakan dalam Hakim-Hakim 4:8, Jawab Barak kepada Debora: “Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.” Sebaliknya, Debora termasuk orang yang percaya diri. Dikatakan di dalam Hakim-Hakim 4:9, Kata Debora: Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Lalu Debora bangun dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kadesh.
Jelas bahwa sekalipun percaya diri, Debora tidak sombong karena kepercayaan dirinya berdasarkan iman kepada Tuhan. Jika tidak ada rasa percaya diri di dalam diri Debora, dapat dipastikan mereka tidak akan mendapat sesuatu yang lebih besar karena mereka tidak berbuat lebih, hanya diam dan puas dengan apa yang sudah mereka terima saat itu. Kita juga harus menjadi orang yang percaya diri, sebab pada hakikatnya Tuhan sudah memberikan kemampuan dalam diri kita, hanya tinggal diasah dan diwujudkan saja. Ingat, kurang percaya diri merupakan setengah dari kekalahan kita!