Cukup sering kita temui di dalam Alkitab ayat-ayat yang menjelaskan kehidupan manusia dengan mengambil analogi atau perbandingan tentang sifat dan kebiasaan binatang. Terkadang Tuhan memberikan contoh kebiasaan yang buruk dari satu jenis binatang, akan tetapi terkadang Tuhan juga memberikan contoh kebiasaan binatang yang baik. Tujuannya adalah supaya kita bisa mengambil pelajaran di dalam menjalani kehidupan ini, menghindari kelakuan-kelakuan yang buruk dan terus melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Bahkan, ada juga beberapa binatang yang dipakai untuk melambangkan pribadi seseorang. Contohnya, Yesus digambarkan seperti seekor anak atau induk domba (Yesaya 53:7) ataupun seperti seekor singa (Wahyu 5:5). Namun, di satu sisi, Iblis juga dilambangkan sebagai seekor singa (1 Petrus 5:8). Hal ini bukan berarti Yesus dan Iblis memiliki kelakuan yang sama, namun ada dua sisi yang berbeda dalam sosok singa. Yesus dan Iblis sangat berbeda dan tidak memiliki kesamaan. Iblis selalu berusaha untuk menghancurkan segala rancangan dan pekerjaan baik Tuhan kita. Karenanya, manusia seperti kita termasuk di dalam salah satu target Iblis untuk dihancurkan. Di dalam 1 Petrus 5:8 dikatakan bahwa lawan kita, Iblis, ‘seperti’ singa yang mengaum-aum dan mencari mangsa untuk ditelan. Sudah menjadi kebiasaan singa untuk berburu hewan lain jika ia sudah kelaparan, dan singa melakukannya dengan berhati-hati tanpa disadari si mangsa. Dalam hal ini, Iblis digambarkan berbahaya bagi kita, sama bahayanya seperti singa bagi seekor zebra. Karena itu, kita diperingatkan untuk selalu waspada agar tidak ‘diterkam’ oleh Iblis. Sedangkan analogi singa yang diberikan kepada Yesus sangatlah jauh berbeda. Bukan gambaran dari seekor singa yang berbahaya, melainkan gambaran dari keagungan dan keperkasaan sang raja binatang tersebut. Mari kita lihat beberapa analogi binatang yang dicantumkan namanya di dalam Alkitab dan yang terkadang dijadikan pelajaran bagi orang percaya.
BEBERAPA ANALOGI BINATANG
SEMUT
Meskipun kecil dan nampak lemah, namun semut patut menjadi binatang yang kita contoh perilakunya. Alkitab sendiri memberikan penghargaan kepada hewan kecil ini sebanyak dua kali, yaitu pada Amsal 6:6 dan 30:25. Apa saja yang perlu kita pelajari dari semut?
Pertama, semut adalah hewan yang sangat giat dalam bekerja mengumpulkan bahan makanan. Kita pasti sering melihat semut berjalan beriringan di dalam rumah kita bukan? Sesuai dengan yang tertulis di dalam kedua ayat di atas, semut-semut tersebut sedang mengumpulkan bahan makanan. Hal ini membuat mereka tidak akan pernah kelaparan, karena mereka sangat giat bekerja. Karena itulah Tuhan sangat ingin agar setiap orang yang malas dapat mengubah kebiasaan buruknya itu dan mengikuti tingkah laku semut yang sangat rajin. Sebab bagi Tuhan, orang yang malas tidak akan pernah memperoleh apa yang disediakan Tuhan, dan hanya akan ada kemiskinan di dalam kehidupannya.
Kedua, semut adalah binatang yang sangat sosial. Artinya, mereka binatang yang memiliki tingkat kerja sama yang sangat baik antar sesamanya. Pasti Anda juga pernah melihat beberapa ekor semut mengangkat makanan mereka bersama-sama. Mereka tidak pernah berusaha sendirian saja untuk mengangkat bahan makanan yang berat, melainkan selalu bersama-sama. Alangkah baiknya jika kita sebagai orang percaya juga seperti ini, senantiasa bergotong-royong dan membantu sesama anak Tuhan.
Ketiga, semut juga merupakan binatang yang ramah satu sama lain. Jika mereka berpapasan di jalan, mereka tidak akan saling melewati sebelum menjulurkan antenanya untuk saling bertegur sapa. Penglihatan semut memang kurang baik, karena itu binatang ini sangat mengandalkan antenanya sebagai alat peraba. Sebagai orang percaya, kita juga seharusnya bisa menampilkan pribadi yang ramah satu sama lain, bukannya pribadi yang suka bertengkar dan mencari keributan, apalagi jika itu terjadi di dalam gereja.
Keempat, semut adalah binatang yang sangat rapi dan teratur. Dalam satu koloni, mereka memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Ada yang berperan sebagai ratu, pekerja, maupun prajurit. Lihatlah cara mereka berbaris, sangat rapi dan tidak keluar dari jalurnya. Bisakah kita sebagai orang percaya hidup dalam keteraturan, kerapian, dan juga kebersihan seperti yang semut lakukan? Mari, belajarlah kepada semut!
CECAK
Mungkin sangat aneh jika kita harus mempelajari sesuatu dari seekor cecak. Namun, ternyata ada pelajaran kehidupan yang menarik dari reptil kecil pemanjat dinding ini. Cecak disebutkan di dalam Amsal 30:28 sebagai salah satu dari binatang kecil di bumi ini, namun cekatan. Cekatan artinya cepat mengerti, pintar, cerdik dan sigap. Hewan ini dikatakan kecil dan mudah sekali untuk ditangkap. Namun, ternyata ceicak bisa berada di dalam rumah siapa pun, termasuk di dalam istana raja! Mengapa begitu? Itu karena cecak memiliki beberapa kelebihan.
Pertama, cecak adalah hewan yang giat dan mudah beradaptasi. Cecak mampu bertahan hidup dengan mudah. Reptil kecil ini sangatlah giat di dalam mencari makan, sehingga kita dapat menemukannya di mana-mana, termasuk di dalam istana raja. Tuhan inginkan kita untuk bisa mencontoh sifat baik binatang ini. Di mana pun Tuhan menempatkan kita, baik di dalam lingkungan masyarakat, pelayanan, maupun pekerjaan, kita harus mudah untuk beradaptasi terhadap keadaan yang baru. Kita harus tetap mampu untuk bersosialisasi, membangun hubungan baik dengan orang-orang yang baru, dan bahkan tetap memberitakan Kristus kepada setiap orang. Jika kita diberi pelayanan yang baru, berusahalah untuk tetap bersemangat dan tidak mengeluh atas tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepada kita. Lakukan semuanya dengan giat dan hanya bagi Tuhan!
Kedua, cecak adalah hewan yang penyabar. Makanan utama cecak adalah nyamuk. Bayangkan bagaimana reptil kecil ini harus menangkap mangsa yang dapat terbang sedangkan dirinya sendiri hanya menempel di dinding? Pasti sulit sekali! Namun, cecak termasuk sukses dalam hal mencari makan. Ia menunggu dengan sabar dan diam sampai ada nyamuk yang mendekat ke arahnya. Kemudian dengan cepat ia menangkap si nyamuk menggunakan lidahnya. Kesabaran yang dibutuhkan dalam hal ini sangatlah tinggi! Orang percaya juga diharapkan bisa menjadi pribadi yang penyabar dan tidak gegabah dalam bersikap, sehingga masa depannya tidak akan dipenuhi dengan penyesalan.
Ketiga, cecak adalah hewan berantisipasi. Kita semua pasti tahu jika cecak memiliki kemampuan untuk memutuskan ekornya jika terancam bahaya bukan? Ketika terlepas, ekor itu akan bergerak-gerak, sehingga binatang yang hendak memangsa si cecak akan teralihkan perhatiannya kepada ekor tersebut. Inilah kesempatan bagi si cecak untuk melarikan diri. Kita juga seharusnya memiliki antisipasi. Kita tidak tahu masalah apa yang akan datang ke depannya. Milikilah persiapan, dan andalkan Tuhan. Minta hikmat untuk bisa bersikap, sehingga kita dapat mengantisipasi diri dari segala keadaan yang kurang menyenangkan (1 Raja-Raja 3:12).